Sabtu, 12 Maret 2016

You Changed Me part 2

Loli Cafe
      Sekarang aku sedang duduk di cafe yang sama seperti 2 hari yang lalu. Namun kali ini tidak sedang menunggu seseorang. Aku hanya ingin melepas lelah setelah seharian kuliah. Aku suka cafe ini, aku suka dengan suasana yang ditawarkan. Aku tidak tahu kenapa namanya loli cafe. Apa karena cafe ini kecil? Setahuku istilah loli dipakai di jepang untuk seseorang yang berbadan kecil. Tapi sepertinya pemilik cafe ini bukan orang jepang. Entahlah, kenapa aku juga harus repot-repot memikirkan arti nama cafe ini. Abaikan.
         Cafe ini sepi bukan karena tidak ada pengunjung. Ada beberapa pengunjung di dalam cafe ini. Namun, sepertinya pengunjung cafe ini adalah mereka-mereka yang butuh ketenangan. Semua pengunjung sepertinya datang sendiri tanpa pasangan, hanya ada satu pasangan dari 5 pengunjung yang datang. Aku bisa melihat semua pengunjung karena cafe ini memang kecil. Sudah 30 menit aku duduk di sini, menghabiskan waktu dengan melukis bunga yang ada di beranda depan cafe. Sangat menyenangkan duduk berlama-lama di sini, suasana yang sepi ditemani dengan iringan suara instrumen piano yang menenangkan pikiran. Konsep cafe yang mungil, sederhana, dipenuhi aksesoris dan pernak-pernik yang unik. Ada beberapa kaktus dan succulent yang diletakkan di atas meja dan pojok-pojok ruangan, serta bunga-bunga yang memenuhi taman menghadirkan suasana sejuk dan nyaman.
         Lukisanku selesai, segerombolan aster merah yang basah terkena hujan. Aku meletakkan pensil dan sketchbook-ku kemudian meraih secangkir hot coffe latte di depanku. Sambil meminumnya aku melihat sekeliling. Pengunjung lain juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Di pojok ruangan terlihat sepasang kekasih yang sedang mengambil foto selfie. Di belakangnya ada seorang pelajar SMA yang sibuk dengan laptopnya. Tak jauh dari tempatku duduk ada seorang wanita paruh baya yang juga sibuk dengan laptopnya. Aku bisa melihat web yang sedang dibuka wanita itu, itu adalah web online shop. Sepertinya dia sedang bingung memilih barang mana yang akan dibelinya. Selain itu terdapat juga seorang lelaki tua yang sedang membaca surat kabar sambil menikmati secangkir kopi hitam, mungkin ekspresso.
      Jam tanganku baru menunjukkan pukul 07.15, aku masih bisa bersantai di sini lebih lama, pikirku. Malam ini juga sedang hujan, aku melihat air hujan yang samar-samar berjatuhan. Aku jadi teringat sosok lelaki kemarin. Aku ingin melihatnya lagi, itulah salah satu alasan sekarang aku berada di tempat ini. Aku kembali meraih pensil dan skecthbook-ku kemudian melihat sekeliling, mencari apa yang bisa aku lukis. Saat itu seorang gadis SMA memasuki cafe masih dengan seragam sekolahnya. Saat melihatnya perasaanku mengatakan ada yang aneh dengan gadis ini. Entah darimana rasa penasaranku muncul. Aku mulai memperhatikan gadis yang memilih duduk di sampingku, hanya berjarak satu kursi dari tempatku. Saat pelayan datang, gadis ini memesan segelas ice vanilla. Gadis ini terlihat gemetaran, aku pikir karena dia menggigil kedinginan tetapi dia tidak memesan sesuatu yang hangat, malah memesan minuman dingin. Seragamnya sangat basah, aku bisa melihat air yang menetes dari bawah seragamnya membasahi lantai tempatnya duduk, namun kenapa jaket yang dikenakan tidak terlalu basah? pikiranku mulai berimajinasi.
Apa dia baru memakai jaketnya setelah kehujanan?
Ah, dan dia juga tidak membawa tas. Aneh, aku mulai merasakan sesuatu yang ganjil di sini.
    Beberapa menit kemudian pelayan membawakan pesanannya. Aku masih mengamatinya. Wajahnya pucat dan terlihat cemas. Jari-jari tangannya bergetar memegang gelas namun gadis itu malah mengeletuk es batu dari minumannya. Kenapa dengan gadis ini? Rasa penasaranku mulai memuncak.
"Hey. Hey dek", aku mencoba berbicara dengan gadis itu tetapi dia tidak menoleh. Aku mendekat dan memanggilnya lagi sambil menyentuh bahunya. Gadis itu terkejut, dia melihat ke arahku gugup. "Hey, kau tidak papa? Kamu kelihatan kedinginan" "Jangan mendekat", gadis itu sedikit berteriak. Aku bingung. Aku melihat sekeliling dan pengunjung lain sedang melihat ke arah kami. "Ah, tidak papa aku cuma bertanya, nggak ada niat lain". Ah~ Bodohnya aku, kenapa ikut campur masalah orang lain. Sekarang aku yang jadi malu sendiri. Aku akan kembali ke kursiku namun tertahan karena pandangan ku tertuju pada bercak merah pada seragam gadis itu yang ditutupi dengan jaket. "Hey, bajumu, darah. Apa kau terluka?", spontan aku bertanya dan kembali mendekat. "Sudah aku bilang jangan mendekat", gadis itu berteriak lebih kencang dan sekarang sambil menyodorkan sebuah pisau. Kali ini aku yang terkejut, aku tak tahu harus berbuat apa dan hanya berdiri mematung. Wanita yang duduk tak jauh dari tempatku berteriak sambil berlari menjauh dari kami. Aku melihat pengunjung cafe juga terkejut namun belum berani mengambil tindakan. Jarak ku hanya satu meter dari gadis yang menodongkan pisau ke arahku. Aku bisa merasakan badanku mulai dingin dan kakiku bergetar. "Apa kau juga mau mati?", ucap gadis itu membuyarkan pikiranku. Hah, apa? Apa dia serius mengancamku? Aku sangat takut, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, bahkan aku tak tahu apa yang terjadi di sini. Mengingat semenit lalu aku masih memegang pensil dan sketchbook-ku. Aku mencoba untuk tetap tenang, tetap fokus, itulah yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini, pikirku.
       Tiba-tiba seseorang datang entah dari mana, dengan cepat dia menarik tangan gadis itu dan menjatuhkan pisaunya. Gadis itu memberontak namun tak bisa mengelak. "Hey ambil tali atau kain dan telpon polisi", lelaki itu berteriak ke arah pelayan toko. Dalam sekejap dia berhasil meringkus gadis yang menodongkan pisau ke arahku. Aku masih berdiri mematung, melihat tangan dan kaki gadis itu diikat dengan serbet agar tak bisa kabur. Aku melihat bibir gadis itu terus mengumpat tapi aku tak mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku terlalu takut, masih terkejut. Sedetik saja, mungkin aku bisa langsung mati di tempat. Seorang pelayan mendekat dan menanyakan kondisi ku, "Maaf mba, kau tidak apa-apa?". Saat itulah semua energiku melayang seketika, aku langsung terduduk di lantai masih melihat ke arah gadis yang menyodorkan pisau ke arahku tadi. Aku masih tidak percaya apa yang terjadi. Kejadiannya sangat cepat namun juga terasa lama sehingga menguras semua tenagaku. Aku melihat lelaki yang berada di samping gadis itu. Eh, Dia?! Lagi-lagi aku terkejut. Lelaki itu adalah lelaki yang ku lihat dua hari yang lalu. Aku masih tidak percaya. Apa ini yang namanya takdir? Terlintas banyak pertanyaan di benakku, namun sepertinya pikiran dan badanku bekerja berlawanan. Perlahan semuanya menjadi kabur, kepalaku terasa berat, dan semuanya gelap. Apa ini mimpi? Aku sedang bermimpi?
           Aku membuka mata ku dan melihat langit-langit, mengingat apa yang baru ku alami ternyata semua hanya mimpi. Aku menghembuskan nafas lega. Mimpi yang sangat nyata, semua badan ku terasa pegal dan kepala ku masih pusing. "Kau sudah bangun?", Aku kaget tiba-tiba mendengar suara lelaki di kamarku. Aku melihat sekeliling. Apa kamarku berubah? ini bukan kamarku. Aku baru sadar aku tidak berada di kamarku. Hah, aku ada dimana?
"Apa kau bisa bangun? Kata dokter kau hanya shock, untungnya tidak ada yang terluka", suara lelaki itu terdengar lagi namun aku belum bisa menangkap keberadaannya. "Apa kau bisa bangun? Kau harus makan untuk mengisi energi", suaranya semakin terdengar jelas. Aku melihatnya, dia berbicara sambil mendekat ke arahku dengan membawa makanan di atas nampan. Hah?!! Dia lagi?! Lelaki kemarin! Apa aku masih bermimpi?

***Bersambung....

Salam L-Ry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar