Rabu, 02 Maret 2016

You Changed Me part 1

        Aku Ry, aku bukanlah tipikal orang yang suka memperhatikan keadaan sekitar. Banyak orang yang menganggap ku tidak peka dan tidak respek, tapi aku tidak pernah mengambil pusing ucapan orang lain karena aku tidak peduli. Semua yang ku kerjakan, sesuai dengan rencana yang telah ku buat. Plan A, plan B, plan C, semuanya telah aku pikirkan. Namun kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan.

###

        Dua hari yang lalu.
Waktu itu aku sedang menunggu temanku, Hilda, di sebuah cafe kecil yang tak jauh dari kontrakan ku. Sudah 10 menit aku menunggu dan dia belum juga datang. Di atas meja telah tersaji secangkir float mocca dan cheese cake yang belum tersentuh. Aku bosan menunggu. Sial, handphone ku sudah menunjukkan baterai limit dan aku juga sedang tidak membawa buku saku atau sketch book yang biasanya tak pernah pernah aku tinggalkan. Tak ada yang bisa ku kerjakan untuk mengisi kebosanan ini. Biasanya untuk mengisi waktu luang seperti ini, aku akan membuka akun medsos, menuliskan planning dalam buku saku, atau sekedar menggambar sesuatu dalam sketch book. Semua itu hal-hal sederhana namun cukup menghabiskan banyak waktu.
        Aku mencicipi cheese cake sedikit demi sedikit sambil melihat ke arah bunga-bunga yang basah terkena hujan di luar cafe. Saat itu sedang hujan deras, ketika aku pertama kali melihatnya. Dia, aku bahkan tak tahu siapa namanya. Namun, entah mengapa dia dapat mencuri perhatian ku-seseorang yang tak suka memperhatikan orang. Biasanya ketika melihat orang yang tidak dikenal dan tak sedang berkepentingan, aku akan langsung memalingkan muka ke arah lain. Bukan karena sombong, hanya saja, menurutku tidak sopan memandangi seseorang jika tidak ada hal yang berkepentingan. Lelaki itu turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam cafe. Walaupun hanya sebentar terkena hujan, cukup membuat rambut dan kemejanya basah. Lelaki itu berjalan sambil mengibas-ngibaskan air yang berada di rambut dan pundaknya dengan satu tangan, lalu duduk tepat di meja depanku. Awalnya aku memperhatikan dia hanya karena iseng untuk mengisi kebosanan. Sebenarnya tak ada yang spesial dari lelaki itu, lelaki dengan postur tubuh ideal dan wajah good-looking. Bagi beberapa orang hal itulah yang pertama menarik perhatian, namun karena aku sering bertemu dan berhadapan dengan orang-orang seperti dia, penampilan fisik bukanlah sesuatu yang bisa membuatku excited. Hanya saja ada sesuatu yang menarik dari dirinya.
    Lelaki itu memesan secangkir hot milk coffe, ketika pelayan yang menerima pesanannya meninggalkan meja, lelaki itu langsung mengeluarkan sebuah buku dan pensil dari dalam tasnya. Ternyata itu adalah sebuah sketch book. "Dia mempunyai hobby yang sama denganku", itulah yang terlintas dalam pikiranku. Tanpa berfikir panjang, lelaki itu langsung memainkan pensilnya di atas buku itu. Aku tidak tahu apa yang digambar olehnya, tapi aku suka ekspresi wajahnya saat sedang menggambar. Dia membuat wajah yang serius, seakan-akan pikirannya hanya tertuju pada apa yang sedang digambarnya. Aku memperhatikan gerakan tangannya, jari-jarinya yang panjang sangat cepat memainkan pensil. Sangat Serius, dia bahkan tidak menoleh saat pelayan mengantarkan pesanannya, namun tetap mengucapkan terimakasih. Tidak sampai 10 menit, sepertinya dia sudah menyelesaikan sketsanya. Dia meletakkan pensilnya dan mengangkat bukunya sedikit ke atas. Lagi, aku kembali terpana dengan ekspresi yang dikeluarkan. Lelaki itu tersenyum melihat gambar yang dibuatnya. Wajah seriusnya dalam sekejab menghilang dan tanpa sadar aku ikut tersenyum.
     Dia melihat kearahku, lelaki itu melihatku yang sedang tersenyum memperhatikannya. Selama beberapa detik mata kita bertemu. Aku bisa merasakan waktu berjalan lambat seperti yang terjadi dalam sinetron-sinetron yang sering mama tonton. Aku langsung menarik senyumku dan menundukkan wajah ke bawah. Aku kaget kenapa tiba-tiba dia harus melihat kearahku? Jantungku berdegup sangat kencang, membuatku panik dan salah tingkah. Aku meraih cangkir mocca-ku dan meminumnya dengan cepat. Belum sempat tertelan, aku menyemprotnya keluar karena kaget mendengar sapaan Hilda yang kedatangannya tidak aku sadari. Aku langsung membersihkan tumpahan mocca yang berceceran di meja sambil melirik ke arah lelaki itu. Entah mengapa jantung ini berdegup lebih kencang ketika melihatnya tertawa kecil. Dia tertawa, sepertinya dia tertawa melihat tingkahku ini.
       Hilda juga menertawai tingkahku dengan bingung. "Hey kamu nggak papa kan, Ry?"  "Hah? Nggak papa kok, kaget aja aku. Kamu tiba-tiba muncul sambil ngagetin sih" Aku berbicara tanpa melihat ke arah Hilda sambil terus mengelap meja yang sebenarnya sudah bersih dan sesekali melirik ke arah lelaki itu. Hilda adalah sahabatku ketika SMP. Kita berpisah ketika kenaikan kelas 3 dikarenakan orangtuanya pindah tugas di luar kota. Beberapa hari yang lalu Hilda kembali untuk mengunjungi neneknya yang sedang sakit. Oleh karena itu hari ini kita bertemu untuk melepas kangen dan bercerita tentang banyak hal yang sudah kita lewati hingga sekarang. Awalnya aku masih memperhatikan lelaki itu dengan sesekali melirik ke arahnya. Sepertinya, lelaki itu kembali serius menggerakkan pensil dan menekuni apa yang dikerjakannya. Aku pun terbawa suasana nostalgia bersama Hilda dan akhirnya melupakan keberadaan lelaki yang duduk di depanku.
       Tiga jam aku menghabiskan waktu bercerita bersama Hilda. Ketika akan beranjak pulang, baru aku kembali teringat dengan sosok lelaki yang duduk di depanku. Aku melihat ke arah meja depanku, meja itu sudah berganti dengan pelanggan lain. Ekspresi lelaki itu tiba-tiba terlintas dipikiranku. Ekspresinya ketika serius dan ketika tersenyum, menurutku itu sangat lucu. Aku seperti melihat dua kepribadian dari dalam dirinya. Aku tidak pernah mengira ini akan menjadi awal dari semua kejadian aneh dalam hidupku. Kejadian hari ini adalah permulaan dari perubahan sifatku. Entah kenapa tanpa aku sadari, aku berubah. Apakah perubahan ini baik untuk ku? Aku selalu memikirkannya. Namun, sekeras apa pun aku mengontrolnya, aku tak bisa menghentikan perubahan ini.
          Semenjak kejadian ini, sedikit demi sedikit, aku berubah.....

***Bersambung...

Salam L-Ry